Kyle Vs Handphone
"Hoaammm.."
Suara itu terdengar dari sebuah kamar yang didalamnya terdapat seorang anak kecil yang bergelung selimut tebal. Hal itu membuat tubuhnya tidak kelihatan, hanya gundukan selimut yang terlihat.
Namanya Kyle. Kyle berumur 9 tahun yang berarti dia sedang menginjak kelas 3 sekolah dasar. Ia merupakan seorang anak yang aktif. Aktif dalam hal bermain. Ia tidak menyukai segala mata pelajaran yang berhubungan dengan akademik, apalagi yang bersangkutan dengan angka. Karena itulah, kebanyakan nilai-nilainya merah.
Zaman juga semakin berkembang. Teknologi kian maju. Entah itu dari segi alat transportasi ataupun komunikasi. Contohnya handphone. Sebagian remaja dan anak-anak sudah mempunyai benda itu. Setidaknya, mereka tahu bagaimana cara menggunakannya walaupun tidak mempunyainya secara pribadi.
Hal itulah yang terjadi pada Kyle. Sejak ia mengenal benda yang bernama 'handphone' itu, ia selalu meluangkan waktu untuk bermain dengannya.
Pulang sekolah, cari handphone orang tua, minta izin mau minjam, main.
Selalu begitu.
Orang tua Kyle saja sudah jengah melihat anaknya yang kecanduan dengan benda itu. Setiap mereka melarang Kyle bermain handphone, Kyle akan merengek dan berakhir mogok makan. Orang tuanya pun kalang kabut menghadapi sifat anaknya yang keras kepala.
'Entah darimana sifat itu diturunkan,' batin mereka.
Drap drap drap
Kyle berjalan ke kamar mandi dengan tertatih-tatih. Matanya tampak sayu. Sesekali mulutnya menguap lebar. Lalu menjalankan aktivitas yang biasa orang lakukan di kamar mandi. Menggosok gigi dan mandi.
Setelah bersiap-siap, ia berjalan ke dapur. Ia lapar. Perutnya keroncongan terus sejak ia bangun. Agar ia bisa sampai ke dapur, maka ia harus melewati ruang keluarga. Disana terdapat orang tuanya yang sedang bersantai. Maklum, hari libur.
"Kyle?" Panggil mamanya.
"Kamu kenapa? Kok ada kantung mata di wajahmu? Kamu begadang lagi, ya?" Sambung mamanya mengeluarkan rentetan pertanyaan yang tentunya harus dijawab oleh Kyle.
"Iya ma" cengenges Kyle. Walau begitu, sorot matanya tak bisa berbohong. Ia tampak sangat kelelahan.
"Kamu ini, bandel mulu. 'Kan udah mama bilang, jangan begadang, jangan main hp mulu. Entar mata nya sakit gimana?" ujar Mama Kyle berkacak pinggang. Dahinya mengerut sambil melontarkan nasihat-nasihat untuk Kyle. Jadilah pagi ini dipenuhi oleh ocehan Mama Kyle.
×××××××××××××
"Huh, Capek..."
Kyle menghela nafas lelah. Sungguh. Padahal ia hanya mendengarkan mamanya yang sedang memberi beberapa petuah. Hanya itu. Tapi berhasil membuat energinya terkuras. Belum lagi, mamanya meminta untuk membersihkan rumah dan membeli beberapa keperluan rumah di warung, tambah lelah fisiknya.
Sekarang sudah pukul 5 sore. Tak terasa waktu cepat berlalu. Baru saja tadi ia terkena omelan mamanya, sekarang sudah pukul lima saja.
Karena terlalu lelah, ia memutuskan untuk berbaring sejenak. Itu sih awalnya. Lama-lama ia diserang kantuk. Matanya mulai tertutup, terlena dengan empuknya kasur. Nafasnya pun mulai beraturan.
Tok tok tok
"Kyle! Bangun, nak!"
"Hmm?"
'Mama?'
Kyle berusaha untuk bangun, ia juga memposisikan tubuhnya untuk bersandar ke headboard kasur. Seperti biasa, setelah bangun ia akan bermenung sebentar, seperti memproses data-data yang selama ini ia simpan. Tapi, ada yang janggal. Biasanya saat ia bangun, ia akan disambut oleh terpaan sinar matahari yang begitu terang, atau setidaknya wajah Mamanya yang sedang menggenggam sapu lidi kesayangan beliau.
Processing
1
2
3
"AAAAKHHH!!!"
Kyle berteriak. Ia kaget dan takut. Tubuhnya pun mulai bergetar. Semua yang ada di sekitarnya tidak bisa ia lihat. Hanya ada kegelapan. Kenapa? Itu pertanyaan yang sedari tadi muncul di benaknya sejak mengetahui kenyataan bahwa ia tidak bisa melihat apapun selain kegelapan.
Ah, tidak bisa melihat apapun, ya?
"Masa sih... Aku ga bisa liat apapun? Perasaan pas aku mau tidur, mataku baik-baik aja, deh. Apa ini efek dari begadang tadi malam? Efeknya kok telat, ya?" Bingung Kyle.
Ia terus bergumam kepada dirinya sendiri. Memikirkan alasan kenapa dia tak bisa melihat.
"G-gak mau.. A-aku pengen bisa liat lagi.. T-takut.. semuanya g-gelap.."
Di tengah tangisnya itu, Kyle tiba-tiba teringat dengan perkataan mamanya.
"Kamu ini, bandel mulu. 'Kan udah mama bilang, jangan begadang, jangan main hp mulu. Entar mata nya sakit gimana? Rabun gimana? Mata kamu jadi bermasalah gimana? Apalagi kalau udah kehilangan fungsinya. Kamu mau?"
"ENGGAK MAU!" Spontan Kyle.
Bersamaan dengan teriakan Kyle, Mamanya membuka pintu kamar Kyle dengan tergopoh-gopoh. Seakan-akan ada kebakaran yang barusan terjadi.
"Lahh.. ini lampu kok ga dihidupin?" Tanya mamanya heran.
"Oh iya lupa, kan emang sekampung lampunya lagi pada mati, yak," jawab Mama Kyle mandiri. Ia baru sadar dengan hal itu. Ya mau bagaimana lagi, ia saja baru selesai menyiram bunga di luar sambil mengobrol dengan tetangganya. Mana tahu dia jika lampu sedang padam. Untuk saja tetangganya memberi tahunya tadi.
'lah? Lampu mati toh? Trus aku ngapain nangis-nangis tadi, kan jadi malu...'
'Untung aja, aku nangisnya di rumah. Kalo di tempat umum, mau ditaruh kemana mukaku!''
Ingin rasanya Kyle menangis. Malu, kesal, takut, semuanya campur aduk. Beruntung jantungnya masih aman. Ia sudah was-was tadi, takut jantungnya beneran loncat dari tempatnya. Bayangkan saja, saat kita baru bangun tidur, semuanya gelap. Padahal kita yakin kalau kita sudah bangun, sudah bebas dari mimpi, sudah membuka mata.
'Seperti berada di alam lain,' batin Kyle ngeri.
Mendadak Kyle tertegun. Dia baru sadar akan suatu hal.
"Ma.." panggil Kyle dengan nada lirihnya.
"Iya, nak?"
"Maaf, ya, Ma. Gara-gara aku yang bandel, mama jadi sering kesal sama aku. Gara-gara aku yang keras kepala, mama jadi sering dan cape karena terus nasehatin aku. Maaf ya, Ma," sesal Kyle.
Dalam hati dia bertekad untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi. Walaupun perlahan-lahan, tapi itu lebih baik daripada diam di tempat dan tak bergerak. Lagipula, semua yang dikatakan orang tua nya demi kebaikannya. Ia tidak mempunyai alasan kuat untuk menentangnya.
"Gapapa.. Yang penting kamu udah sadar. Tapi yang lebih penting lagi, kamu harus membuktikannya dengan tindakan. Itulah yang akan menjadi pembuktian apakah kamu benar-benar sadar atau hanya omongan semata. Ngerti, ya?"
Kyle mengangguk. Tersenyum lebar.
"Ngerti, Ma"
bikin cerita nya sering- sering ya nurr
BalasHapusMembuat saya rajin membacaš¤
BalasHapus