Jangan Berisik!

 "Hah... Segarrr.."

Akhirnya, rasa haus yang sedari tadi menyiksa ku telah berganti menjadi rasa segar yang mengalir di kerongkongan ku ini. Padahal, aku merasa ingin pingsan saja tadi. Bagaimana tidak, entah pikiran darimana, tiba-tiba saja aku ingin melakukan percobaan "Tidak Minum Air 24 Jam". Ya.. walau ujung-ujungnya aku hanya bisa bertahan beberapa jam setelah bangun tidur. Hehe, aku kapok. Lain kali, aku tidak ingin mencoba percobaan yang aneh-aneh lagi. Aku takut dehidrasi tadinya. Karena itulah, aku memutuskan untuk menghentikan percobaan aneh ku itu. Tidak itu saja, sebenarnya karena aku tidak tahan dengan haus ini juga.  Intinya, aku kapok.


Drrttttt...Drrrrtttt...


Dering ponselku berbunyi. Dengan cepat ku ambil ponsel ku itu dan memeriksanya. 

'Bunda..? Kenapa bunda meneleponku?'

Segera ku angkat panggilan itu, sembari berpikir alasan kenapa bundaku menelpon ku di tengah malam ini. 







"Halo, Bun?"

"Nak, bunda sama ayah mendadak pergi ke rumah nenek. Nenek kamu lagi sakit. Bunda sama ayah terburu-buru tadi, jadi lupa buat bawa kamu. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Jangan lupa periksa jendela sama pintunya, kalo belum dikunci, segera kunci. Mungkin bunda sama ayah bakal pulang besok. Trus langsung tidur ya.. Jangan lakuin hal-hal yang aneh di rumah. Kalo kamu ga bisa tidur, lakuin hal yang bermanfaat atau hal yang bikin kamu cepat ngantuk. Oh iya, jangan berisik, ini jamnya untuk tidur, lho. Nanti tetangga jadi ga bisa tidur,"

"Iya, Bundaa"

Tunggu, apakah bunda baru saja mengatakan 'lupa' padaku? Bunda melupakan aku yang merupakan anaknya?! 

'Apakah aku adalah 'Anak yang Terlupakan'?'








"Jam berapa sekarang?," gumamku setelah mematikan panggilan tadi. Segera ku lihat ke sekeliling ku untuk mencari benda yang dapat menjawab pertanyaan ku tadi. 

"Ah, ternyata sudah jam 11 malam saja. Bunda sama ayah ga pulang, aku juga belum ngantuk, bagusnya ngapain ya?" Pikirku. Aku bingung ingin melakukan apa, mumpung sekarang malam Minggu.

"Nonton TV ajalah, daripada bosen kayak gini. Ditambah lagi, aku ga bisa tidur. Masa aku cuman ngelamun doang ditengah malam begini. Yang ada aku bakal kerasukan nanti, gegara ngelamun ditengah malam gini," gumamku bergidik ngeri. Membayangkan aku kerasukan setan dengan kondisi tidak ada orang di rumah, siapa yang akan menolongku untuk sadar? 

Aku pun beranjak dari dapur dan pergi menuju ruang keluarga. Sebelum itu, aku mengambil beberapa cemilan untuk ku makan saat aku menonton nanti. Tak lupa, aku membawa sebuah bantal, guling, dan selimut. Biasa, agar aku tidak kedinginan dan lebih nyaman saja.

Aku mencoba untuk mencari siaran TV yang cocok denganku. Dengan volume yang cukup tinggi, aku terus mencari dan mencari. Dengan semangat dan pantang menyerah, aku terus menekan tombol-tombol yang ada di remot TV itu. Berharap bahwa aku dapat menemukan siaran yang dapat menemani malam ku yang sunyi ini.

Dan akhirnya....




























Aku tidak menemukan apa-apa. Aku menghela napas lelah, mencoba untuk menahan emosi ku yang ingin keluar hanya karena siaran TV ini. Perlahan tapi pasti, aku mengatur napasku untuk meredamkan emosi ini. 

Tarik napas... Buang....

Lalu, ku tutup mataku sembari mengatur napas agar tetap beraturan.
































Krieeettt.....











Tiba-tiba, aku mendengar suara pintu berderit. Refleks aku membuka mataku. Ku alihkan pandanganku ke segala penjuru rumah. Tapi, aku tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan. Aku bingung. Aku sangat yakin bahwa pintu di rumah ku tidak akan berbunyi jika digerakkan. Dan.. bukankah pintu yang berbunyi itu biasanya pintu yang sudah usang? 


'Mungkin itu hanya halusinasi ku saja,' batinku yang masih tetap berusaha untuk positif thinking. 


Seketika aku teringat akan sesuatu, TV! Bukankah aku belum mematikannya? Kenapa, TV nya sudah mati saja? 


'Ah iya, mungkin...'


'Mungkin aku sudah mematikan nya tadi, mungkin aku lupa.'


Aku terus meyakinkan hatiku bahwa itu hanya karena kecerobohan ku saja. 


'Iya.. mungkin saja begitu...'


'Iya.. seharusnya memang begitu...'


'Aku 'kan pelupa..'































CTASSSSSSSS!!!!

TES.. TES.. TES...



















"AAAAAAAAAAAAAAAAKHHHHHH!!"













Drap, drap, drap, drap, drap!















Badanku bergetar, gigiku bergemelatuk berusaha menahan dinginnya hujan. Entah bagaimana, tiba-tiba saja salah satu jendela yang berada di ruang keluargaku terbuka secara tiba-tiba, lampu rumah juga seketika langsung mati, disaat petir di luar sana menggelegar begitu dahsyat disertai hujan yang mengguyur deras. Belum lagi, aku seperti mendengar ada suara tapak kaki yang sedang berjalan begitu cepat. Ini mengingatkan ku pada film-film horor yang pernah ku tonton.

"B-bunda.. A-ayah... Rai takut....," Lirihku dengan tubuh yang terus bergetar. Aku terus menggumamkan kata 'ayah', 'ibu', dan namaku--Rai. Untuk sejenak, aku terdiam. Aku mencoba untuk mengatasi ketakutan ku saat ini. 




Setelah beberapa menit yang sunyi tadi, perlahan aku mengumpulkan keberanian ku untuk berdiri. Aku mencoba untuk berdiri walau agak sempoyongan. Sesekali aku melihat ke sekeliling dengan cepat, takut-takut ada sesuatu yang mengincar ku dari belakang. 

Ku coba untuk melangkah kan kaki ke arah jendela yang terbuka. Memang dekat, tapi rasanya begitu jauh. 























Drap...







Drap...








Drap...

























Ziiiiiinggggggg 










Deg..deg..deg


Jantungku berdegup dengan cepat. Siluet bayangan baru saja terlihat di sebelah sisi jendela yang terbuka. Aku menggelengkan kepalaku, berusaha untuk menghalau pemikiran aneh itu.

































TOK TOK TOK!

Belum sempat aku menutup jendela tersebut, aku segera berputar arah dan berlari ke arah pintu rumah dan membukanya tanpa pikir panjang. Kaki ku yang tadinya sempoyongan langsung berlari kencang layaknya angin.

'Mungkin itu bunda sama ayah, bisa aja mereka ga jadi ke rumah nenek, atau mungkin mereka memutuskan untuk ikut membawaku pergi'










































Klek..




























"Bun!!! Bunda udah pulang?!"

























"Hmmm?"


































































✓ ✓✓✓ ✓


"Hah..hah..hah..hah.."

Jantungku berdetak dengan cepat. Tak lupa keringat yang terus membanjiri dahiku.

'Apa itu tadi? Dan.. bukankah aku berada di ruang keluarga semalam? Kenapa sekarang aku berada di kamar? Apa yang tadi hanya mimpi?'

'Masa iya yang semalam itu mimpi? Kalo iya, wahhh.. meresahkan banget' batinku saat merasa di-prank.


Setelah selesai memikirkan kejadian semalam, aku memutuskan untuk memeriksa ruang keluarga. 

Klek 

"Lah, rapi.. bukannya ruang keluarga ini semalam berantakan banget?," Dahiku mengernyit sambil terus mengingat apa yang terjadi semalam. 

"Hah.. lupakan aja lah.. bikin pusing aja," lanjutku. 

Aku pun beranjak dan memilih untuk pergi ke dapur. Minum segelas air adalah pilihan yang terbaik! 


Glek..


Glek..


Glek..

























"Rai...?"




Uhuk.. uhuk..

Sontak pertanyaan yang baru saja ku dengar tadi, ku jawab dengan suara batukku. 

'Siapa sih? Bikin kaget aja..' 

'Ingin ku lempar orang yang sudah membuatku kaget tadi. Mana kagetnya pas lagi minum. Keselek deh, jadinya.'

Dengan tekad yang membara, ku balikkan tubuhku menghadap orang yang memanggilku tadi.

"Siapa sih? Ngage--"

Pertanyaan yang ingin ku lontarkan tadi terpaksa ku hentikan, setelah melihat siapa yang berani mengusik ku saat minum tadi.

"--tin aja.."

"Hehe.. Abang? Kok dah pulang? Bukannya lagi nginep di rumah temen?," Cerocos ku pada Abang ku itu. Pupus sudah tekadku yang ingin memarahi orang yang mengagetkanku, yang bisa ku lakukan hanya cengengesan agar dia tidak tau bahwa aku berencana untuk melemparnya sebelumnya.

"Abang udah dari semalem ya, di rumah. Kamu nya aja yang ga peka. Masa tadi malem kamu ngebiarin Abang di luar, padahal Abang udah nyoba ngode kamu lewat jendela, lho," Kesal abangku. Wajahnya sudah tampak merah saat menceritakan kejadian semalam.

"Lah? Jadi yang semalem itu ga mimpi?! Dan bayangan yang di jendela itu Abang?! Ya.. kenapa juga, Abang berdiri disitu. Kenapa ga langsung gedor pintu aja? Atau telpon kek!" Mengetahui kenyataan tersebut membuatku ikutan kesal. 

'Mana aku tadi malam pake acara nangis lagi' batinku menangis.

"Hehe, sorry ya. Pulsa sama kuota Abang habis. Trus semalem Abang iseng aja pengen ngode kamu lewat jendela. Tapi karna kamu ga nyaut-nyaut, yaudah, Abang gedor aja pintu rumah. Eh tau-taunya pas kamu buka, kamu malah pingsan. Abang bingung dong, karena Abang udah kedinginan diluar, Abang bawa aja kamu ke kamar. Trus ruang keluarga yang kamu bikin berantakan itu Abang beresin tadi sebelum kamu bangun," ujar Abang ku. Selama dia bercerita, raut wajahnya terus berubah-ubah. Entah itu wajah yang mengernyit, cengengesan juga kesal.

"Okelah.. trus, kenapa Abang pulang? Bukannya Abang nginep di rumah temen?"

"Itu karena bunda sama ayah nelpon di hape temen Abang. Mereka nyuruh Abang buat pulang, karna mendadak ayah sama bunda perlu ke tempat nenek. Belum lagi semalem hujan deras, makanya Abang cepet-cepet pulang ke rumah" jelas Abang ku lagi.

Aku hanya mengangguk-angguk mengerti saat mendengar penjelasannya.

'Ini nih, akibat tidak menuruti perkataan orangtua. Bukannya semalam langsung tidur atau berusaha agar bisa tidur, aku malah meribut. Bukannya meriksa jendela udah dikunci atau belum, aku malah ngeyel.'  Itu adalah isi renungan ku setelah memahami apa yang telah terjadi.































Tapi... Masih ada yang janggal,


























Tentang TV yang mati



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer